5 Suku Gaib Paling Misterius di Indonesia, Ada yang Bisa Terbang!
Kita semua tahu bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari ratusan suku yang memiliki ciri khas berbeda-beda. Tapi tahukah kamu bahwa selain suku-suku itu, ada juga suku yang berasal dari dunia lain? Suku semacam ini sering disebut suku gaib. Banyak orang meyakini keberadaannya, tapi tidak pernah dapat dibuktikan secara nyata karena mereka tidak kasat mata.
Keberadaan suku gaib umumnya diketahui dari pengalaman seseorang yang mengaku pernah melihatnya. Pengalaman tersebut kemudian menyebar dan diceritakan dari generasi ke generasi sehingga mencipta keyakinan. Berikut ini adalah beberapa contoh suku gaib yang ada di Indonesia:
1. Suku Bunian di Sumatera Barat

Suku Bunian dikisahkan hidup di tempat terpencil di wilayah Minangkabau. Hutan rimba diyakini sebagai kampung suku tidak kasat mata ini. Selain itu, Suku Bunian juga tinggal di area pemakaman serta di bangunan tua yang lama tidak ditempati.
Suku Bunian sering disangka menjadi penyebab tersesat atau hilangnya para penjelajah di hutan pedalaman. Keberadaan suku ini bisa diketahui dengan munculnya aroma masakan yang oleh penduduk setempat disebut samba dewa atau masakan dewa. Kata dewa di sini berarti makhluk halus.
Ada yang mengatakan wujud Suku Bunian sama seperti manusia biasa. Namun, ada juga yang mengisahkan wujud Suku Bunian lebih mirip manusia purba karena tinggi badannya hanya setengah dari orang dewasa biasa, kepalanya menyerupai kera, dan tidak mengenakan pakaian.
2. Suku Bati di Maluku

Suku Bati dikisahkan tinggal di Pulau Seram. Suku ini cukup membuat merinding karena selain wujudnya yang menyeramkan, mereka juga mengincar manusia terutama anak-anak. Konon, Suku Bati menyukai anak-anak sebagai makanannya.
Suku Bati sering disebut juga manusia kelelawar. Wujudnya mirip manusia namun memiliki sayap lebar layaknya kelelawar raksasa. Mereka bisa terbang dan menghilang begitu saja. Sumber lain mengatakan, Suku Bati bisa menjelma menjadi bentuk lain seperti musang atau burung kakak tua.
Orang Bati diyakini hidup di dalam gua-gua gelap di pedalaman hutan. Mereka keluar malam hari untuk mencari makan. Kulitnya merah dan sayap besarnya hitam. Tingginya setara dengan tinggi badan orang dewasa, yaitu sekitar 160 sentimeter. Beberapa orang dikisahkan pernah melihat Suku Bati. Tapi hingga kini tidak ada informasi atau bukti nyata mengenai kebenarannya.
3. Suku Limun di Kalimantan

Kisah Suku Limun dikisahkan menempati Padang 12, sebuah area hutan pinus yang cukup luas dan tidak berpenghuni. Keberadaan mereka diketahui dari pengalaman orang-orang yang mengaku pernah berinteraksi secara janggal. Keberadaan Suku Limun memang cukup membuat merinding, tetapi mereka dianggap tidak berbahaya.
Suku Limun dikenal baik karena suka memberi kunyit emas sebagai ungkapan terima kasih. Mereka menjelma menjadi manusia untuk bisa berinteraksi dengan manusia biasa. Misalnya menjadi nenek tua yang minta diantar oleh ojek dengan upah kunyit. Ada juga yang menjadi sepasang suami istri yang minta tolong kepada seorang bidan setempat saat melahirkan dengan imbalan kunyit. Setelah Suku Limun tersebut menghilang, kunyit itu berubah menjadi emas.
4. Suku Paloh di Kalimantan

Suku Paloh dikisahkan menempati hutan di wilayah Desa Paloh. Suku gaib ini memiliki kehidupan normal layaknya manusia biasa. Mereka bekerja, berniaga, dan berkeluarga. Bahkan, mereka memiliki sistem pemerintahan dengan dimpimpin seorang raja. Di tengah hutan ini, sesekali tampak kota dengan kehidupan yang ramai dan terang-benderang dengan lampu gedung dan kendaraan.
Meski menawan, kota tersebut tidak dapat didokumentasikan maupun dikunjungi. Barang siapa yang nekat mendekat, tidak akan pernah bisa pulang ke dunia manusia. Suku Paloh diyakini menjadi penyebab hilangnya sebuah pesawat yang jatuh di wilayah tersebut pada tahun 1970-an. Beberapa korban hilang diyakini memasuki dunia Suku Paloh.
5. Suku Moro (Kerajaan Moro) di Halmahera Maluku

Suku moro diyakini sebagai suku yang dahulu pernah berdiam di jailolo (halmahera), dibawah kepemimpinan seorang raja yang adil dan bijaksana, kemudian sekitar abad ke lima belas saat portugis masuk ke bumi halmahera, menjajah dan mengambil rempah-rempah, menarik pajak yang sangat tinggi dari warga setempat, mengadu domba hingga terjadilah pergolakan dan perang saudara.
Ditengah kecamuk perang saudara, kerajaan jailolo yang dihuni oleh suku moro dibawah perintah sang raja memutuskan untuk melarikan diri ke hutan, setelah lama menghilang ke dalam hutan suku ini diyakini masyarakat halmahera telah gaib tapi kisah interaksi masyarakat setempat dengan suku moro ini masih terdengar hingga saat ini.